Senin, 12 September 2011

My Deepest Condolences, DEMO.


Prolog:

Siapa yang akan tahu datangnya pencuri?

Siapa yang tahu datangnya Kiamat?

Siapa yang tahu, akan datangnya Kematian?

Ketika kelahiran memberikan senyum bahagia atas kehadiran penghuni baru muka bumi ini, maka disisi lain, terdapat tangis atas kepergian seseorang.

Pada pengkotbah dikatakan ada waktu untuk meratap ada waktu untuk bersukacita

Ada waktu untuk lahir ada waktu untuk kematian

Ada waktu berjumpa dan ada waktu untuk berpisah dan semua diyakiniNya Indah

Kekuatan dan sukacita diberkan dan pengiburan dari Tuhan untuk mereka yg ditinggalkan.

-----------------------

Yah,,, itu yang saya rasakan. Ayah dari sahabat saya, Om Hein (begitu setiap orang yg mengenal om memanggilnya) meninggal Jumat pagi (9 Sept. 2011). Demo, Sahabat saya, yg berada di Surabaya, yang sedang mengurus segala jenis persuratan, saya tahu bagaimana rasa yg sedang dirasakannya saat ini. Ketika dia yg baru menerima kabar baik atas kelulusan ujian negaranya sebagai dokter dan menunggu ijin prakteknya, kabar duka datang kepada dia.

Ckup membuat saya dan Fiz kaget. Karena malam sebelumnya, kami sedang menjahili Demo lewat wall fb nya (Fb : Jariangan sosial). Cukup membuat kami berdua syok. Ketika Fiz menelpon bahwa dia sudah menelpon demo, bercerita bahwa teman kami, demo, sangat sedih. Dan dalam perbincangan itu, Fiz, tidak sanggup menahan sedih atas kehilangan yg dirasakan sahabat kami. Sedih. Ogan, malamnya membicarakn banyak hal dengan saya melalui bbm. Bagaimana banyak kenangan kami anak2 bandel ini di rumah demo. Atau ketika leo mengatakan, dia otw dari Borong ke kupang. Saya tahu, sahabat2 saya disana berusaha untuk hadir.

Demo, saya yakin, dia begitu kuat namun pasti saat ini hatinya sangat rapuh. Saya sendiripun terlalu takut menelpon dia, tidak sanggup menguatkan yg diberikan namun tangisan. Grogi hati saya, karena ketika rasa duka yg pernah saya rasakan dia selalu mengangkat telponnya untuk mendengarkan curhat saya. Atau ketika dia sedang sibuk mengawas pasiennyanya, dia dengan senang hati mendengarkan curahan hati kegembiraan saya. Tapi Sekarang, untuk mengangkat telpon saya , saya tidak sanggup. Tidak tahu apa yg harus saya katakan kepadanya. Ingin rasanya saat ini berada dikupang. Bersama sahabat lain yg hadir. Hanya hadir. Tapi, tidak bisa.

Om Hein (alm), memiliki banyak kesan bagi kami yang suka nongkrong di rumah Demo pada saat masa masa sekolah menegha umum (SMU), sehabis ujian, weekend, atau ketika belajar kelompok. Dia dan Tante Giok (mamanya demo), selalu tersenyum ketika kami datang. Masih saya ingat pertama kali bertamu kerumahnya untuk natalan, senyum nya menyambut tamu anaknya memberikan kesan welcome. Atau ketika kami numpang di mobilnya sepulang sekolah. Atau ketika om memberikan kami transportasi dan kebunnya untuk dikunjungi oleh kami pada saat perpisahan kami , yg sering belajar bareng di rumah demo, untuk refresing dan tertawa melepas baju putih abu abu itu.

Yah, Om selalu memberikan saya kesan baik. Masih ingat, ketika sedang urus skripsi dan gereja di Kota Baru (thn 2007), pas naik motor, saya melihat om dan tante berjalan ke gereja, berdampingngan. Mereka memberika kesan romantis bagi kami anak muda yg melihatnya

Yah, tapi Om Hein sudah pergi dan dipanggil oleh empunya Kehidupan. Pasti akan ada rasa duka yg sangat mendalam bagi keluarga, namun saya tahu, Tuhan yang empunya kehidupan ini akan memberikan kekuatan dan sukacita bagi keluarga yg ditingglkan, bagi tante Giok dan Demo beserta K jermy dan K roby, dan seluruh keluarga besarnya.

Pepatah mengatakan, Macan mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan ketika manusia mati, dia meninggalkan nama. Bukan hanya nama, tapi manusia juga meninggalkan kesan selama dia hidup. Kesan kepada banyak orang dari kecil sampai orang besar. Terutama, bagi keluarganya.

Itulah yang saya renungkan juga, bahwa apa tujuan hidup saya didunia ini apa? Apakah sudah banyak sy membahaiakan orang2 disekitar saya? Atau ketika kematian menjemput saya, akakah banyak orang yg akan mengenang saya..Namun, sebuah renungan dari teman saya, disitu dikatan bahwa kita tidak perlu takut akan kematian. Paulus mengajarkan ketika hukuman mati mengancam, ia melihatnya sebagai akhir yang baik dari pertandingan iman. Ia tahu Siapa dan apa yang menantinya di balik kematian. Maka, kapan pun, ia siap "pergi".

Bagaimana perasaan saya tentang kematian? Gelisah? Takut? Menghindar? Pasti beragam rasa yang dirasakan. Tergantung usia dan situasi. Tapi saya tahu, mempersiapkan diri saya. Sebab kematian bisa mengunjungi siapa saja. Kapan saja. Tetapi, Dengan menjadikan Kristus tumpuan pengharapan,kita sanggup berkata kepada kematian, "Aku siap ...." (Yah, walaupun saya tahu, bahwa akan dperlukan waktu dalam proses penghiburan bagi yang ditingalkan)

Sabtu, Malam minggu, 10 September 2011, ketika sedang berbicara dengan leo, kesempatan berbicara dengan demo pun terwujud. Yah, tp hanya perbincangan 10 detik. Perbincangan tercepat kami sebagai sahabat. Yah. Ada rasa sedih yang sangat saat itu. Tp saya tahu, bahwa sahabat saya, berjuang mengalahkan rasa sedihnya. Saya tahu, demo sedang berusaha menerima saat ini. Mereka sudah diberikan penghiburan oleh Roh Kudus. Saya percaya itu.

" Sebab Aku ini mengetahui rancangan rancangan apa y ang ada padaKu mengenai kamu, demikian Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikakn kepadamu hari depan yang penuh harapan."( Yeremia 29 : 11 )

...................

Selamat jalan Om Hein, Terimakasih atas kesan sepenggaal yg diberikan.

Demo, really deepest Condolence to you and Fam. Tuhan memberikan kekuatan dan sukacita. Percaya bahwa Tuhan selalu memiliki rancangan indah bagi Kita. Saat ini, bagi mu dan bagi seluruh keluarga.

God bless you, Demo.

Senin, 05 September 2011

Secangkir Kopi Buatan Oma Is

Sebenarnya, saya menghindari segala sesuautu yg berkaitan dengan kopi (kecuali luluran kopi:p). Buat saya, kopi membuat jantung saya deg2an tak karuan.
Seperti ada yg mempompa detakan jantung, membuat sesak napas. dan pasti sehabis minum kopi, sy tidak bs tidur atau kepala pening.




(<<< Foto tahun 1997)



Tetapi, pagi ini, sy tdk menghindari meminum kopi.

Awal mulanya sih, saya 'terjebak' dalam ingatan oma is (begitulah kami memanggil oma yg adalah mama dari mama. Nama panjangnya, Christina Ra'Ta Tambing) yg mengatakan kopi itu adalah susu coklat. namun ketika diminum, ternyata ada rasa kopinya. Oma yg kelihatan bingung, berjalan cepat ke dapur dan mengambil bungkusan plastik. dari jauh sudah saya bisa pastikan, itu adalah kopi instant. namun dengan lucunya, oma menunjukkan bungkusan plastik kopi torabika, dan telunjuknya menunjuk ke kata SUSU dan MOCA. saya pun tersenyum. Oma tidak melihat 1 kata didepan kata susu itu, yaitu KOPI.
Oma pun kaget ketika aku menunjukkan kata KOPI. karena menurutnya, yg dia buat adalah susu coklat. Saya tahu, oma yg selalu ingin memberikan terbaik buat cucunya akan segera membuat minuman baru, tetapi, ketika dia melihat saya meikmati minuman itu dia tersenyum.

yah, sebenarnya, sayalah yang tersenyum atas Secangkir Kopi ini. meminum seteguk dengan perasaan bersyukur. Yah, sy bersyukur.

Pagi ini sy yg bangun cukup pagi (jam 7 WITA*) ,yg semalan tidur bersama oma di kamrnya yg tdk pernah berubah aroma perawatnya*, kebersihan. Kasur nya yg selalu dibalut seprei warna putih selalu membuat sy suka tidur disitu. Meskipun kasurnya terbuat dari kapuk, tp serasa tidur diatas springbed romance (seriuss)
Tadi malam, kami tidur cukup larut karena menonton video ualntahun ke 70 nya oma is. Yah, oma saya berusia 72 tahun saat ini* Jadi teringat kejadian lucu ketika 29 Agustus kemarin, Oma dan saya ngobrol di rumahnya, lalu dia blg "puji Tuhan oma sekarang sudah 72 thn.." saya dengan penasarannya" oh iya dih oma, oma kan 72 29 September ini" dan oma menjawab " bukan.. oma 29 Agustus" hahahaha..dan aku pun tertawa bersama oma..

Betapa waktu berjalan sangat cepat. masih keingat kejadian oma ultah 70 tahun.. masih keingat bagaimana dia mengucap syukur.

kehiduupan oma, sama halnya seperti kopi instan itu. ada rasa manis dan pahit. Dalam kehidupannya, dia membesarkan 3 org anaknya dengan kondisi single parent (dia selalu bersyukur, karena saudara-saudaranya adalah penolong bagi dia mebesarkan 2 putri dan 1 putranya). Meskipun, dia single parent, tapi dia sudah melakukan banyak hal dan banyak hal terjadi dlm kehidupannya. salah satunya dalah ketika dia mengalami koma 3 minggu di tahun 1989.

Semua orang yg mengenalnya mengatakan, dia mungkin tdk bisa selamat. namun, dengan kuasa Tuhan, oma bisa hadir bersama sama kami hingga sampai saat ini. Satu prinsip oma adalah, dia harus melakukan banyak aktivitas untuk dapat tetap bugar.
Hal ini terbukti, ketika di acara toraja , acara membangun rumah (dalam bahasa Toraja, Mangaraga Banua), oma satusatunya yg ada diusianya tidur jam 1 malam. dia Dengan lincahnya mengisi waktu dengan bercengkrama dengan saudara2nya, bercanda dengan cucucucunya, dan, mendari (Toraja : Madero)*. Meskipun kakinya sedang sakit, tetap dia tidak pernah menunjukkan itu.

Yah, kehidupan Oma yang seperti secangkir kopi instan, mengajarkan, bahwa dalam keadaan yang serba instan, ketika susah dan sedih pun bahkan dalam bahagia, kita harus mengucap syukur, sekalipun itu susah diterima oleh hati, tetapi jika kita percaya dan mengimani pasti ada jalanNya.

Secangkir kopi oma sudah habis. Tetapi pembelajaran yg saya dapat dari secangkir kopi oma membuat saya tahu, Semua indah Pada WaktuNya. Toh, Sampai saat ini, Tuhan masih menjaga oma.. dia membesarkan 3 anaknya, mendapatkan 3 mantu dan 12 cucu.

meskipun begitu, dia sudah menjadi mama, ayah, oma bagi banyak orang yang selalu setiap hari bertambah banyak mencintainya..






*WITA : waktu indonesia bagian tengah. selisih 1 jam lebih lambat dari WIB, dan lebih cepat sejam dari WIT (waktu indonesia bagian timur) * pekerjaanya adalah perawat *tahun kelahiran oma : 29 Agsustus 1939 *madero : salah satu tarian di Toraja, dimana sekumpulan orang membentuk lingkaran dan sambil berjabat tangan lalu sambil berkeliling menari memainkan kaki. ini bisa selama 2 jam tanpa henti.