Kamis, 23 September 2010

Indahnya nasib anak perantau ini (Kuliah)

berbicara tentang merantau, aku berani bertaruh, bahwa cerita anak perantau itu gak akan habis2nya, mulai dari bagaimana tidak culture shock, homesick, adaptasi makanan, mengencangkan tali pinggang, tahu tempe, dan masih banyak hal yang bisa dceritakan dalam tema Indahnya nasib anak perantau.

Sebagai satu dari sekian juta manusia yang ada diindonesia ini, nona toraja ini juga bisa disebut sebagai Anak Perantau. Mulai menjejakan kaki di tanah jawa ini sejak usia 17 tahun dengan niatan kuliah diuniversitas yang dijuluki :jaket kuning. Kata orang, Jaket kuning is AMAZING!!! hahaha... emang si, ada kebanggan ketika menggunakannya, tapi sebenarnya yang membuat kita bangga adalah bagaimana kita bisa survive dan mempertahankan IP diastas 2,5. Sebagai anak Perantau, awal kuliah, saya heran sekali, banyak orang yang sedih karena dapat IP 2, 5 dan mulai banyak enyesalan karena tidak belajar. well, buat seorang nona toraja yang saat itu baru menyesuaikan "saya anak kuliahan" ini pun hanya bangga dengan kertas semester pertamanya "2,5". hahahah.

oh iya, ini penting, sebagai anak perantau, kegagalan adalh obat paling majur untuk membuat kita patah arang dan gak bersemangat mencapai cita2...tapi wajib dipegang, kegagalan adalah awal menuju keberhasilan jadi jangan pernah takut ggal, apalagi kalo kuliah dapat nilai E alias FAILED. Nona toraja pernah dapat nilai E lho, tapi itu nda membuat saya harus gantung diri di kontrakan, atau menjerumuskan saya ke obat-obatan, tapi sebagai pacuan buat saya untuk bisa mendapatkan nilai A. well, finally, E turned B. hahahahah...

anak kuliah yang berasal dari udik ini juga pernah merasakan salah kostum lho. maklumlah. sudah dai udik, pakaian jarang beli, maka hanya memanfaatkan "daya hayal" tingkat tinggi. Pernah sekali, awal masuk banget, matakulih pengantar, Nona Toraja bangunnya kesiangan(kulia mulai jam 8, nona toraja bangunnyan jam 8 kurang 15 menit.) so, walhasil, nda mandi, hanya ganti baju menjadi baju mickeymouse (i wonder where it is), celana parasur yang belel bawahnya, sepatu merah, tas biru, rambut digerai... hahaha..asli.. nda bergaya banget. waktu asuk kelas, anak2 yang lihat hanya tertawa dan bahw\kan mungkin ada yg bertanya "gaya apa tuh, tarzan?" hahaha. tapi ingat, Jadilah dirimu sendiri, apa kata orang, itu hanya angin lalu. Tapi, kalo kau sudah bisa mengontrol emosimu, anggap itu sebagai kritikan, untuk lebih baik...

Sebagai anak perantau, nona toraja sangat senang memiliki banyak teman2 yang luar biasa... dari berbagai macam suku, well walaupun yang nona tahu, hanya ada 2 suku yaitu batak dan non batak. :D
tetapi, brteman dengan teman dari suku ini, yng pada akhirnya dianggap sodara, adalah suatu hal yang luar biasa, apalagi di balut dalm komunitas yang baik, yaitu PMKa . Suku-suku lai juga memiliki warna sndiri dalam menghargai hidup ini...

Perlu nona toraja tekankan, sebgai perantau awal, paling penting yang kamu cari adalah komunitas. ketika kamu salah memilih satu komunitas, maka kamu akan terjebak dalam kesalahn memilih itu...:d, Tapi jangan terlalu mengekslusifkan diri juga. nda baik... berteman boleh, tapi kita sendiri yang tahu dimana batasan dan pagar yang harus kita kunci agar tidak direcoki...well, bir yang baik dalam kita menjadi lebih baik lagi...
Dan Kalo boleh dibilang, nona toraja ini beruntung memiliki teman2 yang mengajarrkan bagaimana bisa survive ketika uang tinggal 100 ribu padahal masih ada 2 minggu sampai kiriman bulanna diterima, atau bagaimana refreshing dengan cara hemat (jalan dari kober ke mal, di mal liat-liat aja, atau kalo gak nunggu jam 3 untuk paket attack nya...hahaha, paket attack ini mengingatkan saya pada si butet hutagalung)

meskipun hal buruk pernah terjadi ketika merantau, tetapi nona toraja selalu mengambil hikmatnya, bahwa apappun yang terjadi, itu adalah pelajaran luar biasa dalam kehidupan, well, guru terbaik adalah pengalaman kita sendiri

20 Juni 2003 till now, i love my advanture as Anak Perantau, and i proud of it...yang penting gak susahin orangtua, yang penting mereka tahu anakanya baik-baik saja, nda peduli deh nona toraja kalo harus hanya makan tahu tempe, atau nasi ama gorengan, atau nasi ama citato, gak apa-apa, asal mereka, orangtua, tidak khawatir...

Yang kita inginkan sebagai anak perantau adalah, agar senyuman terus tersungging di wajah mereka, orangtua, ketika mereka lanjut usia dan kebanggan mereka untuk mengatakan "Itu anak saya", dia yang sudah bertoga dan sudah wisuda...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar